Skip to main content

Patimban

Hari yang sama di tahun lalu, hari dimana aku mendapatkan kabar baik sekaligus kabar buruk dalam satu hari. Keesokan harinya Allah memberiku hadiah mengunjungi tempat yang belum pernah aku datangi. Tanpa handphone, tanpa kamera tidak ada foto yang ku jadikan kenang-kenangan. Padahal cukup berkesan.

Hanya mata dan pikiranku yang tidak berhenti bertanya-tanya. Rasanya hari itu campur aduk antara setengah bahagia, setengah tidak percaya. Seharian itu aku duduk di dekat jendela bus menatap banyak hal yang tertangkap oleh pengelihatanku. Jalanan, jembatan, pohon-pohon, terminal, kesibukan orang-orang, pedagang asongan, pengamen, persawahan dan banyak lagi hal-hal seru yang tak terduga.

Ah, sudah lama sekali aku tidak naik bus  menempuh perjalanan lumayan jauh terakhir waktu SMA bersama almarhum kakek ku. Kami sering bolak-balik ke Bandung berdua. Kadang untuk seminggu, kadang hanya dua hari mengunjungi rumah saudara. Kali ini aku pergi ditemani Ayahku dari Cilegon ke Patimban. Dan itu pertama kalinya kami melakukan perjalanan berdua, untuk keperluan wawancara kerja. Sebenarnya aku ingin pergi sendiri tapi ibuku tidak memberiku izin, apalagi setelah kejadian pencurian dirumah kami kemarinnya.

Diperjalanan aku membaca-baca sedikit resume yang kubuat semalam, seadanya. Hari itu aku benar-benar merasa bingung aku merasa sulit untuk fokus karena semuanya seperti mimpi. Turun dari Terminal Rambutan lanjut ganti bus kedua jurusan Patimban dan ternyata tak ada pendingin udara di dalam bus. Padahal perjalanannya cukup jauh sampai memakan waktu berjam-jam. Tapi ya sudahlah dari pada kami nyasar dan tak sampai ke tempat tujuan.

Tiba-tiba moodku hancur. Aku tidak banyak bicara setelah ganti bus kedua. Sebenarnya yang paling ku khawatirkan adalah aku tidak bisa datang tepat waktu, itu saja. Karena tipe bus seperti ini sudah pasti lama. Kami harus menunggu penumpangnya sampai penuh, sampai benar-benar penuh.

Rasanya kacau, perasaanku tidak nyaman dan ah aku ingin nangis saja, ingin marah juga, tapi itu hanya angan-angan yang ku kubur dalam-dalam. Makan siang pun kulewatkan. Tidak lapar, tidak selera. Akhirnya di bungkus tapi tidak di makan juga sampai kubawa pulang. Hanya air untuk sepanjang jalan. Ayahku jojong saja beli kelengkeng, beli cetutan kuku, beli buku doa-doa, beli perintilan alat pijat. Arghhh... Berkali-kali menyuruhku untuk makan tapi ku bilang masih kenyang tadi pagi sarapan roti.

Bus kami tidak jalan-jalan. Lama sekali, sekalinya jalan, berhentinya lama sekali. Begitu terus sampai ke tujuan. Angin bertiup melalui jendela bus menerbangkan semangatku yang runtuh dan hatiku yang patah. Ayahku? jojong saja, ia beli tahu sumedang, beli donat yang dimakannya sendirian karena aku tidak mau. Sepertinya ayahku jauh lebih menikmati perjalanan di bandingkan aku yang memikirkan jam berapa sampai ke tujuan.

Aku merasa sudah merepotkan banyak orang saat itu, kalau saja dari rumah naik bus jurusan Cirebon mungkin sudah sampai dari tadi tanpa ada drama seperti itu. Aku sampai ke tempat tujuan menjelang maghrib. Bisa di bayangkan berangkat pagi sekitar jam 6 sampai sana sore mau jam 6 juga. Itu sudah terlalu over telatnya dan perusahaan masih berbaik hati menerima kedatanganku. Itu pun karena di jemput. Coba kalau kami harus ganti kendaraan umum lagi dan mencari alamatnya sendiri. Mau sampai jam berapa... Ah sudahlah aku tidak mau membayangkan.

Sesi wawancara pun dimulai, aku skip bagian ini yah karena terlalu pilu hehehe. Tapi aku merasa beruntung pernah bertemu dan mengenal mereka yang mewawancaraiku terlepas dari hasilnya. Setidaknya aku bukan pengecut. Meskipun gugup bukan main tapi aku cukup berani. Berani datang maksudnya. Dan selebihnya biarlah kusimpan cerita itu sendiri. Karena aku percaya perjalanan kemarin mengantarkan ku pada pengalaman dan pemahaman baru untuk petualangan berikutnya. Hidup memang selalu punya kejutan. Terimakasih Patimban, sudah menjadi bagian dari ceritaku di tahun lalu.

© ardidapb

Comments

Popular posts from this blog

Biar Tangan Berkata

  Banyak diam bukan menunggu di tanya Tak banyak bicara bukan tak bisa cerita Mengapa riuh diluar sana Memangnya salah dengan caranya Lalu bingung dan bertanya-tanya Barulah sadar ternyata gaduh tanpa kabar Tidak semua harus di bagi ke dunia maya Yang hilang hanya virtual nya saja Mudah sekali menilai segala sesuatunya Jadi bolehkah tidak terima Ternyata asumsimu salah Tapi ah tak usah lah Kan, tidak pernah berbagi suara Tidak saling memberi tahu apa maksudnya Nasihat datang begitu saja  Padahal minta pun tidak  Eh, ada loh tata caranya Kata-kata indah akan terdengar aneh Saat di lempar tapi malah tertampar Heran kenapa gitu jadinya Dengar dulu sebelum banyak menilai Tanyakan lagi apa cukup dengan mendengar Mungkin saja yang dicari hanya ruang Bukan tisu, kuping atau bahu Manusia tak suka luka Tapi kadang suka meluka Jadi susah memahaminya Hanya gara-gara tak banyak bicara Biar tangan yang berkata © ardidapb

Simpan Sunyi

"Simpan sunyi lahir dari sebuah keresahan yang mewakili banyak perasaan. Mencoba menyelami artinya merasa. Tentang menyampaikan apa yang ingin disampaikan, sekalipun itu tidak terdengar dan terlihat ambigu. Siapa peduli, katakan saja". Kali ini simpan sunyi hadir di tumblr setelah pindah dari Instagram. Alasannya simpan sunyi pindah ke aplikasi ini karena merasa menemukan kenyamanan, lebih sunyi. Selain mencoba sesuatu yang baru alasan pindah juga karena masalah teknis.  Di Instagram simpan sunyi di posting agak irit alias sedikit karena memang dalam bentuk pictures . Jadi, rencananya pindah ke tumblr mudah-mudahan bisa lebih bebas berekspresi. Lebih leluasa, agar fokus ke apa yang ingin ditulis bukan ke feed- nya saja. Kadang suka pusing mikirin hal-hal kecil yang ternyata ribet.  Di tumblr simpan sunyi belajar buat go public gak ada cerita gembok-gembok akun seperti di Instagram. Bukan apa-apa usernya pemalu. Ada pesan dari para senior baiknya karya di publ...

Suara-Suara di Kepala

Satu hari di bulan Juni, ada seorang teman yang bertanya kepadaku kenapa sekarang aku jadi pendiam? Bukannya dari dulu gitu. Katanya suka bicara dan berdiskusi? Nyatanya aku lebih senang mendengar dan bertanya. Hi  teman bicara, tempatnya berbagi pikiran dan keresahan. Kenapa ya belakangan ini aku merasa berlebihan? Sebentar, memangnya kamu sudah punya teman? Anggaplah sudah.  Oke lanjut. Ada banyak hal sepele yang terlalu kupikirkan yang justru membuatku semakin merasa cemas dan gelisah. Perasaan-perasaan tidak jelas itu sering muncul dan mengganggu pikiranku. Mungkin karena ada perubahan dengan rutinitasku sekarang atau mungkin karena planet kita sedang kedatangan monster , jadi manusia susah kemana-mana. Takut. Akhirnya menjadi beban bagi sebagian orang yang sedang mencoba beradaptasi. Sedang berusaha menerima dirinya di lingkungan yang baru. Perasaanku sering  up and down. Bisa sangat senang karena satu hal juga bisa sangat sedih karena hal ke...