Skip to main content

Argumentasi Bersyarat


"Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan, tapi ah sudah lah" 

"Ada banyak hal yang tidak sesuai dengan pandanganku tapi ah tak usah lah"

Aku sering menghadapi situasi seperti itu berkelahi dengan pikiranku sendiri dan menahan pendapatku terhadap pendapat orang lain. Merasa ragu dan kurang percaya diri, tapi terkadang bukan itu masalahnya. Aku perlu menemukan kecocokan terlebih dahulu dengan siapa aku berargumen bukan karena ada kesamaan pendapat. Boleh berbeda, maksudku cara berpikir tetaplah terbuka jika tidak nanti jadi sia-sia.

Bisa ricuh, apalagi jika lawan bicaraku itu adalah tipe close minded. Karena aku sendiri adalah tipe open minded yang punya pemikiran praktis dan sering menghindari konflik. Meskipun aku sadar kebiasaan diam tidaklah baik tapi daripada bicara sembarangan, di tambah tidak tepat sasaran tidak lebih baik juga kan.

Akhirnya orang-orang sepertiku mencoba mencari mereka yang enak diajak bicara pelan-pelan. Seperti tipe santai tapi berbobot bukan yang menggebu-gebu tapi kosong.

Itulah mengapa aku sering menonaktifkan akun social mediaku seperti maaf, Facebook sudah berulang kali aku menutup akun itu. Meskipun belum ada rencana untuk menghapusnya. Bermula dari banyaknya berita yang sembarangan di tag, di share memenuhi berandaku tentang apapun. Lalu kita sama-sama mengisi pendapat atau yang mengerti bermaksud mengingatkan karena ada pemahaman yang menurutku keliru. Yang terjadi aku malah terjebak pada perdebatan yang menurutku toxic.

Sehingga kemudian aku memilih menjadi silent reader atau menonaktifkan akunku kembali. Jujur aku sendiri merasa khawatir peristiwa itu  bisa saja memberi dampak negatif untuk kedepannya. Ternyata banyak lho, diantara kita yang masih sulit menerima perbedaan. Dari sebuah ketidaksetujuan yang seharusnya bisa di sikapi dengan kepala dingin dan logis saja. 

Aku berharap suatu saat nanti kita bisa saling memberi ruang. Salah satunya adalah dengan mendengarkan. Cara sederhana untuk saling menghargai. Supaya mereka yang punya pendapat lain atau bahkan bagus bisa lebih speak up tanpa lagi khawatir dengan argumentasi bersyarat. Ya, selama itu positif dan bisa di pertanggung jawabkan aku rasa sah-sah saja.

© ardidapb

Comments

Popular posts from this blog

Biar Tangan Berkata

  Banyak diam bukan menunggu di tanya Tak banyak bicara bukan tak bisa cerita Mengapa riuh diluar sana Memangnya salah dengan caranya Lalu bingung dan bertanya-tanya Barulah sadar ternyata gaduh tanpa kabar Tidak semua harus di bagi ke dunia maya Yang hilang hanya virtual nya saja Mudah sekali menilai segala sesuatunya Jadi bolehkah tidak terima Ternyata asumsimu salah Tapi ah tak usah lah Kan, tidak pernah berbagi suara Tidak saling memberi tahu apa maksudnya Nasihat datang begitu saja  Padahal minta pun tidak  Eh, ada loh tata caranya Kata-kata indah akan terdengar aneh Saat di lempar tapi malah tertampar Heran kenapa gitu jadinya Dengar dulu sebelum banyak menilai Tanyakan lagi apa cukup dengan mendengar Mungkin saja yang dicari hanya ruang Bukan tisu, kuping atau bahu Manusia tak suka luka Tapi kadang suka meluka Jadi susah memahaminya Hanya gara-gara tak banyak bicara Biar tangan yang berkata © ardidapb

Simpan Sunyi

"Simpan sunyi lahir dari sebuah keresahan yang mewakili banyak perasaan. Mencoba menyelami artinya merasa. Tentang menyampaikan apa yang ingin disampaikan, sekalipun itu tidak terdengar dan terlihat ambigu. Siapa peduli, katakan saja". Kali ini simpan sunyi hadir di tumblr setelah pindah dari Instagram. Alasannya simpan sunyi pindah ke aplikasi ini karena merasa menemukan kenyamanan, lebih sunyi. Selain mencoba sesuatu yang baru alasan pindah juga karena masalah teknis.  Di Instagram simpan sunyi di posting agak irit alias sedikit karena memang dalam bentuk pictures . Jadi, rencananya pindah ke tumblr mudah-mudahan bisa lebih bebas berekspresi. Lebih leluasa, agar fokus ke apa yang ingin ditulis bukan ke feed- nya saja. Kadang suka pusing mikirin hal-hal kecil yang ternyata ribet.  Di tumblr simpan sunyi belajar buat go public gak ada cerita gembok-gembok akun seperti di Instagram. Bukan apa-apa usernya pemalu. Ada pesan dari para senior baiknya karya di publ...

Suara-Suara di Kepala

Satu hari di bulan Juni, ada seorang teman yang bertanya kepadaku kenapa sekarang aku jadi pendiam? Bukannya dari dulu gitu. Katanya suka bicara dan berdiskusi? Nyatanya aku lebih senang mendengar dan bertanya. Hi  teman bicara, tempatnya berbagi pikiran dan keresahan. Kenapa ya belakangan ini aku merasa berlebihan? Sebentar, memangnya kamu sudah punya teman? Anggaplah sudah.  Oke lanjut. Ada banyak hal sepele yang terlalu kupikirkan yang justru membuatku semakin merasa cemas dan gelisah. Perasaan-perasaan tidak jelas itu sering muncul dan mengganggu pikiranku. Mungkin karena ada perubahan dengan rutinitasku sekarang atau mungkin karena planet kita sedang kedatangan monster , jadi manusia susah kemana-mana. Takut. Akhirnya menjadi beban bagi sebagian orang yang sedang mencoba beradaptasi. Sedang berusaha menerima dirinya di lingkungan yang baru. Perasaanku sering  up and down. Bisa sangat senang karena satu hal juga bisa sangat sedih karena hal ke...